watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

SENSASI DIHARI LIBUR

Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke
belakang dan memperhatikan aku memasukkan
batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat
menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya
dan mendorong lebih keras lagi untuk
memastikan aku telah memasukinya seutuhnya.
Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat
merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku
terpukau akan pemandangan penisku yang
terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan
aku bergerak mundur.
Saat hampir seluruhnya keluar kemudian
kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-
benar keluarkan penisku dan menggodanya,
mengoleskan kepalanya saja pada lubang
anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan
menjauh dan melesakkan batang penisku
kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak
maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan
dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai
naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia
mulai memainkan tangannya pada vaginanya,
berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri.
Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.
Saat kurasakan orgasmenya segera meledak,
aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang
dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang
dengan keras seiring hentakanku terhadapnya.
Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme
merengkuhnya, milikku segera datang!
Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan
membiarkan spermaku bersarang dalam lubang
anusnya. Isteriku berteriak saat orgasme datang
padanya secara berkesinambungan seiring
ledakan spermaku yang kuberikan padanya.
Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan
orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar
dari jepitan lubang anusnya.
Isteriku membersihkan tubuhku lalu
mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku
melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian.
Baru saja aku selesai memakai pakaian saat
isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul
dalam kamar.
"Tadi benar-benar indah" katanya.
"Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti.
Sekarang keluarlah dan nonton TV."
*****
Anak-anakku, tanpa Cindy pulang tak lama
kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku
lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan
apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu
sore.
Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-
gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja
seperti biasanya. Tak ada seorangpun yang
bicara atau menanyakan tentang kejadian
minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya
sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap
seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai
berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku
bermimpi tentang itu?
Saat aku pulang kerja di hari Jum'at, anak-anaku
meminta ijinku apa temannya boleh menginap
nanti malam. Cindy ingin meghabiskan kembali
akhir minggunya bersama kami dan Eva ingin
temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami.
Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku
pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Eva,
memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami
memiliki wajah yang dapat membuatnya
dengan mudah jadi seorang model kalau dia
mau.
Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal.
Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas
hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami
bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku
untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku
maengajak mereka semua pergi ke toko untuk
belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi
mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka
pulang nanti.
Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka
memborong semua barang-barang di toko. Aku
bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang
memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau
jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi
tugas. Dengan semua belanjaan yang mereka
borong, memerlukan hampir dua jam untuk
memasaknya. Badanku bau asap dan terasa
sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak
ada seorangpun di ruang keluarga ataupun
dapur.
"Hey! Dimana kalian?" teriakku, "Saatnya makan!"
"Ya!" kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi
tak ada seorangpun yang datang untuk makan.
"Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada
yang mau makan?" tanyaku jengkel.
"Ada!" kembali hanya jawaban yang kudengar
dari kamar Irma.
Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata
pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok
kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai
posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar
lebih terbuka.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Sedang menunggu Papa." Eva menjawab dan
mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
"Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi
akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan
mudah."
"Sudah Papa bilang. Mama kalian akan
membunuhku!" tangkisku.
"Tidak, aku tak akan melakukannya!" kudengar
suara isteriku saat kulihat dia mengangkat
kepalanya di antara paha Irma.
"Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku
menolak mereka?"
Eva menarik tanganku ke tengah kamar. Baru
kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan
selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya.
Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang
kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang
dengan putingnya yang menunggu untuk
segera dihisap.
"Bisa apa aku menolak mereka?" pikirku saat aku
rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting
itu.
Kurasakan puting Eva membesar dalam
mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai
menggigitnya pelan. Saat aku sedang sibuk
dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik
turun resletingku. Lalu tangan itu merogoh
kedalam celana dalamku dan mengeluarkan
penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati
Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya
dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk
tubuh Irma dengan tanganku sampai pada
vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan
jariku padanya. Dapat kurasakan kehangatan
dalam vaginanya dan basah saat jariki
kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah
untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi
terasa ada yang menahan gerakanku. Eva
memandangku..
"Ya, Eva masih perawan, dan jari Papa adalah
benda pertama yang memasuki vagina Eva. Eva
harap penis Papalah yang kedua." aku
membungkuk dan mencium Eva, bibir kami
seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang
sempurna.
Sementara itu, Ami masih mengoralku.
Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat
kebawah, kepalanya bergerak maju mundur
pada batang penisku. Aku tak ingin
mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut
Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina
perawan Eva dihadapanku. Maka kukeluarkan
penisku dari mulut Ami.
"Kita dapat melanjutkannya nanti." kataku
padanya.
Kudorong Eva ke tempat tidur, menindihnya
dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku
bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati
lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia
mengingat kejadian indah ini nantinya. Kemudian
aku bergerak ke dadanya, menghisapi
putingnya. Ini mengakibatkan beberapa
lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit
lembut putingnya dan punggungnya terangkat
sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke
perutnya hingga akhirnya bermuara pada
vaginanya yang tak berambut.
Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku
pada celahnya. Aroma yang keluar dari
vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat
kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi
jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku
merasakan untuk pertama kalinya hampir saja
membuatku orgasme! Eva telah basah dan siap
untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan
keras hanya dengan membayangkan apa yang
segera menantiku didepan wajahku ini.
Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam
lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala
penisku yang menguak beranda
keperawanannya. Eva mengalungkan lengannya
dileherku dan menjepit pinggangku dengan
kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya
lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan
yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat
menahannya lebih lama. Eva sangat panas,
basah dan rapat!
Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada
vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar
menyambutku, ke-basahannya mengundangku
masuk. Kehangatan vaginanya membungkus
kepala penisku saat aku menyeruak masuk. Aku
terus menekan kedalam dengan pelan meskipun
aku ingin segera melesakkannya kedalam
dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya
dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas
akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi
seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat
di mata.
"Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji
sakitnya hanya sebentar saja." kurasakan kakinya
menjepit pinggangku lebih rapat saat aku
merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol
juga dinding itu.
"Aargh! Gila! Sakit, Pa!" katanya dengan mata
yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram
batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup
dan rasa sakit.
"Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang."
dan kuteruskan menekan ke dalam sampai
akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku
diam sejenak, membiarkannya untuk
beradaptasi.
"Gimana? Udah baikan?" tanyaku. Dia anggukkan
kepalanya.
"Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi
juga terasa enak berbarengan."
Aku mulai menarik dengan pelan, hanya
beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya
lagi dengan lembut. Aku khawatir menyakitinya,
tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin
segera menembakkan spermaku. Aku ingin
menikmati rasa vaginanya selama mungkin.
Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya
mendongak ke atas dan matanya terpejam.
Kupercepat kocokanku, menariknya hampir
keluar dan menekannya masuk kembali dengan
pelan, menikmati rasa sempit vaginanya pada
penisku. Eva mulai memutar pinggulnya seiring
hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin
meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan
mencium lehernya dan bahunya. Tiap gerakan
tubuh kami mengantarku semakin dekat pada
batas akhir.
"Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir sampai!"
"Papa juga sayang!" Dan kulesakkan ke
dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan
berlawanan arah dengannya mencoba sedalam
mungkin saat kuledakkan sperma semprotan
demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat
kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh
keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.
Tubuh Eva bergetar di bawahku, tangan dan
kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan
kutarik dan kudorong lagi semakin dalam
padanya saat persediaan spermaku akhirnya
benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu
menciumnya.
"Eva, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa
dapatkan." aku lupa kalau kami tak sendirian
dikamar ini.
"Aku dengar itu!" kata isteriku.
"Kita akan lihat apa kita bisa mengubah
anggapanmu itu!"
Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini,
aku sadar 'kesenanganku' baru saja akan dimulai.


Adult | GO HOME | Exit
1/689
U-ON

inc Powered by Xtgem.com